Posted by : Rendezvous Sabtu, 22 Maret 2014

Pagi ini, minggu 23 Maret, seperti biasa, aku ingin menunaikan kewajiban atas tubuhku dan kebutuhan untuk sehat dengan berjogging pagi. Yah seperti biasanya aku mengundang beberapa temanku yang memang ingin ikut berjogs ria. Aku sudah mempersiapkan dari malam hari semua kebutuhan termasuk alarm dan jam tidur yang memadai untuk tubuhku sendiri. Tepat jam 5 pagi setelah shalat shubuh sengaja aku tidak tidur seperti biasanya untuk memaksimalkan adaptasi dan regenerasi tubuhku. Penuh harap akan menjadi sebuah jogging yang menyenangkan, aku menunggu balasan pesan dari teman-temanku, namun langit mendung kembali menjadi halangan seperti yang sudah-sudah. Semua temanku beralasan hal yang sama, "mendung lam" takut hujan nanti kalau sakit gimana? Olahraga kan mau sehat bukan sakit. Lagi-lagi aku mengiyakan saja

Terlepas dari itu hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, aku tau hujan tidak akan sedahsyat hari kamis lalu dimana terjadi badai dan petir, hujan hanya akan rintik lewat sebentar. Tapi walaupun aku katakan hal itu ke teman temanku, sama saja, mereka tidak akan percaya, dan kalaupun di dalam hati mereka percaya, mereka akan membuat alasan untuk mempertahankan argumentasi yang menurutku tidak begitu bermutu. Emang bener sih tadi hujan, but as I though, Only for a while, dan ga deras-deras amat. Aku yang udah tau trik trik survival supaya ga sakit gara-gara hujan tetap melaju di sirkuit.

Di dalam hati aku bergumam, lagi-lagi sendirian ya? Ga asik banget jogging sendirian, termakan rasa kecewa dan sedikit rasa marah aku manfaatkan semua unsur negatif itu menjadi energi untuk menguras semua tangki yang ada di dalam tubuhku (haha lebay). But I wasn't joke around, kalau kalian bisa memanfaatkan emosi negatif menjadi energi itu bakal berperan besar sih dalam kehidupan kalian (sadar atau ga sadar) itu namanya kontrol. But then anyway back to the line, kali ini untuk membuang semua rasa kecewa dan marahku, aku memutuskan untuk berlari dan mengalahkan diriku sendiri. Seperti kata ayahku,

"Walau mau bagaimanapun keadaanya, pada dasarnya ga ada yang bakal bisa mengalahkan mu, begitu juga kamu selamanya tidak akan bisa mengalahkan orang lain, kecuali kamu mengakuinya. Kemenangan sesaat memang terkadang pedih untuk diakui bahwa kualitas diri kita memang tidak sebaik lawan kita, walau sebenarnya banyak faktor yang melandasi hal itu bukan hanya kualitas diri aja lam. Berbeda halnya dengan para pemenang sejati, walau harus 1000 kali jatuh mereka selalu bangkit 1 kali lebih banyak daripada saat mereka terjatuh. Mereka yang menikmati sebuah kompetisi akan berbeda tingkat kedewasaanya dengan mereka yang hanya menginginkan kemenangan semata, karena selama kamu masih hidup kamu selalu punya peluang untuk jatuh dan kalah, tapi selama kamu masih hidup pula, kamu punya kesempatan untuk bangkit dan melawan kelemahan dirimu sendiri. Karena hidup adalah satu kesatuan, kemenangan sejati adalah kemenangan atas hidupmu sendiri nak"

Panjang emang hahaha, tapi aku tau Ayah berusaha mengajariku semangat hidup dan daya juang yang merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup selain survival ability. Bicara tentang semangat hidup dan daya juang, tentu terkadang parameternya akan naik turun terutama jika kita berusaha untuk melawan arus. Aku sendiri berpendapat bahwa kita harus tau saat-saat yang tepat kalau kita ingin melawan arus atau mengendalikannya, karena pasti cara dan hasilnya beda. Melawan arus kita lakukan ketika kita emang harus berkonfrontasi dengan prinsip dan pedoman hidup, "misalnya ga pacaran atau no seks bebas, free from drugs and other else", yah walaupun prinsip hidup orang beda beda sih haha. Mengendalikan arus hanya bisa dilakukan oleh seorang "PRO", ya misalnya saja mengubah kondisi yang tidak menguntungkan menjadi kondisi yang menguntungkan baginya (mengubah arah angin), walau yah sebenarnya banyak juga yang ga punya hati nurani juga sih misalnya sebagai ganti ga pacaran, dia lalu tunangan dengan pasangannya, kenapa ga langsung lamar aja? Ga berani? Ga punya nyali? kalau emang pasanganmu adalah orang baik kenapa ga langsung lamar atau minta dilamar aja? (mengendalikana arus seolah membuat alternatif jalan pintas, perlu diingat juga bahwa ga setiap jalan pintas baik dan benar untuk dilakukan haha)

Oke dari tadi pusing muter-muter, maksud aku gini lho, terkadang kita susah melawan arus, ga usah jauh jauh ngomongin negara korup deh, yang lebih kecil aja lingkungan misalnya atau yang lebih spesifik lagi "diri sendiri". Kalau dari lingkungan pasti udah pada tau lah gimana lingkungan bisa membentuk hidup seseorang, bahkan temen gw sendiri  "Amri" setuju bahwa setiap orang ga bisa terlepas dari lingkungan asal apalagi lingkungan dimana ia tinggal sekarang. Well, aku ga sepenuhnya setuju sih, ya aku setuju bahwa lingkungan berperan penting, tapi kalau saja individu yang ada di dalam lingkungan itu punya skill basic yang namanya "Self Awareness" pasti beda deh. Baik Psikologi maupun Sosiologi membahas tentang hal yang sama yakni peran lingkungan (arus) yang perannya sangat besar dalam membentuk masyarakat maupun individu didalamnya. Tapi Politik yang bersilang dengan kajian Psikologi justru mengkajinya berbeda, setiap orang memang tidak terlepas dari lingkungan karena memang tercipta sebuah interaksi antara individu dengan individu hingga lingkungan, tapi setiap individu dianggap memiliki kesadaran "Politis" yang berbeda (di dalam Psikologi namanya "Self-Awareness").

Lihat gerakan gerakan sosial yang membela isu isu lingkungan? misalnya aja tentang anti tambang? atau anti eksploitasi atau gerakan gerakan sosial lainnya dengan isu-isu spesifik? Kalian pikir semua orang yang ada di lingkungannya berpikiran tentang hal yang sama? Percaya deh ga semua mikir hal yang sama pasti ada sumbu kompor (haha namanya inisiator) yang punya ide briliant maupun purpose tertentu yang biasanya juga disebut otak gerakan. Aku kasih contoh, misalnya saat gerakan yang menolak tambang di Papua? emang gerakannya cuman orang papua doang? Lah itu orang jawa yang ikut teriak teriak gimana Sosiologi dan Psikologi menjelaskan fenomenannya? Yah oke lah bisa juga kebetulan mungkin ada orang papua yang sedang ada dijawa lalu kompor soal hal itu, tapi Psikopol menjelaskan fenomena itu secara lebih keren sih menurut aku.

"Ada orang yang sadar atas isu tersebut dan mereka yang punya Self-Awareness ini kemudian menularkan kesadarannya kepada lingkungan sehingga mengubah arus dan bahkan mengendalikan arus lingkungan itu sendiri"

Yap, aku ga sepenuhnya setuju dengan "Amri". Kesadaran bukan hal yang remeh, bukan hal yang tidak penting, siapa yang menginisiasi "REFORMASI?" Mahasiswa? bukan, muke gile deh, menurutku pada awalnya yang menginisiasi Reformasi hanyalah segelintir orang aja dari mahasiswa yang punya kesadaran tinggi atas isu yang sedang terjadi. Bermula dari kelompok kecil itu kesadaran bak virus yang menyebar dibawa angin (kabar burung haha) yang kemudian bermutasi menjadi virus virus baru yang namanya gerakan sosial. Memang ada dimensi momentum disitu tapi kesadaran bukan hal yang remeh, percaya deh. Ntar juga aku coba tulis sih pendapatku tentang self awareness di post yang berbeda.

Continue . . .

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 AlL-A.M - Shingeki No Kyojin - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -