Seperti biasa, seusai berjogging ria aku terlibat dalam pembicaraan yang santai namun berbobot bersama sahabat baikku D, namun kali ini karena aku kedatangan tamu yang juga ikut berjogging ria bersamaku yakni L, kami akhirnya terlibat dalam pembicaraan mengenai "pola hubungan dengan pasangan". Awalnya dimulai dari L yang membuka diskusi bahwa dia pernah melihat acara televisi yang membahas tentang pola hubungan antara pacaran dan taaruf. L lebih lanjutnya berkata bahwa taaruf menurutnya lebih baik karena kita di dalam taaruf ini tidak terlibat langsung dalam sebuah kontak fisik dan emosi dengan lawan main kita (ya target atau istilah gaulnya cem-ceman kita itu haha) oleh karena itu sampai pada titik tertentu kita akan bersikap lebih objektif dalam melihat karakter dari lawan main kita tanpa terperangkap dalam jebakan emosi dan perasaan.
Taaruf juga menghindarkan kita dari berbagai kesan negatif dan track record mantan yang terlalu banyak dan sebenarnya tidak perlu (ga tau ya kalau ada yang bangga dengan pencapaian mantannya yang banyak tapi menurutku pribadi sih mantan apalagi kalau udah puluhan itu aib, kenapa? karena kita ga pernah belajar dari kegagalan hubungan yang kita pernah alami sebelumnya). Taaruf juga menghindarkan kita dari dosa yang berlebihan, entah itu dari kontak mata hingga kontak fisik (sekedar menggandeng tangan lawan jenis). "Kalau laki mah sono terserah, dosa ditanggung sendiri, nah kalo cewe? ga kasian ama ama bokapnya? dia yang maksiat bokapnya yang nanggung dosa". Aku setuju, dosa perempuan itu ditanggung 4 orang laki-laki, Ayahnya, Saudara laki-lakinya, sepupu laki-lakinya, dan Mahramnya dengan catatan bahwa "sang 4 golongan laki-laki ini tidak memberikan pendidikan dan peringatan tentang apa-apa yang membuatnya menanggung dosa, kalau udah diingetin masih ngeyel ya itu ditanggung perempuan, itu kata ustad"
Pacaran terlepas dari banyak kekangan negatifnya masih banyak diminati oleh para kaum remaja masa kini, aku sih ga mau sok tau tentang pacaran tapi dari banyak pengalaman dari temen yang diceritain ke aku, yah menurutku pacaran itu "Buang waktu dan nambah dosa aja sih, yah ada enaknya juga sih tapi ya gitu deh". Dampak dari pacaran pun juga banyak mulai dari galau-gabut-gaje, makan ati alias ngambek-ngambekan, posesif, hingga hubungan paralel. Well kalau aku suka ama cewek sih pasti aku akan bilang suka aja, tapi aku ga akan tanya cewe itu suka atau engga ama aku, kalau udah tanya terus fungsinya apa? orang cewe itu suka atau engga juga ga akan berpengaruh signifikan, aku ya tetep aja suka walau dia ga suka. Rasa suka yang asli dari hati itu ga akan pudar hanya dengan alasan bahwa cem-ceman yang kita suka ga suka ama kita, apalagi sih kalau udah masuk kata cinta yang 10rb dapet tiga itu, yang biasanya diobral cowo cowo gombal kayak beli baju aja. Yah itu pilihan masing masing sih. Aku sih ga mau hubunganku dengan cewe yang aku suka jadi paralel alias berubah halauan hanya karena ga ada komitmen dan tali pengikat. Aku ga mau aja sih ngorbanin masa depanku yang mungkin aja cerah ketika aku nikah sama dia dengan ngerusaknya pas lagi immature saat pacaran. Well mana ada sih cowok mature dan mapan pacaran? lamar aja kalo punya nyali deh, eh engga kalau niat aja sih haha (tantangin aja lamar aku coba!).
Soal lamar melamar, aku juga baru tau bahwa lamaran yang udah diterima oleh pihak cewe (dengan persetujuan cewe dan orang tua atau walinya) bisa ditangguhkan di tengah jalan. Misalnya nih aku ngelamar si A lalu diterima, nah aku mau nikah sama si A 5 tahun lagi tuh, bisa aja, dan boleh aja, justru diwaktu-waktu itu hubunganku dengan si A jadi jelas walau kita belum boleh ngapa-ngapain (termasuk pegangan tangan ya). Tapi kan katanya laki-laki, kasian lah ama perempuannya masak katanya suka terus hubungannya gantung di lvl pacaran? Perempuan jangan mau jadi barang sewaan dong, yang kalau udah lecet dibalikin ke rak sewaan, "beli kontan aja atau kredit bersyarat!", Mahal dikit napa kalau mau serius. Lagian kalau laki-laki serius udah lamar, pasti dia juga ga bakal main-main lah, kalau dia dalam tempo itu main-main, tangguhkan aja tuh surat lamarannya dia haha (Jedyeer modyar koe!), kalau kamu perempuan baik dia pasti ga akan main-main kok.
Perempuan terutama di dalam islam adalah "Ratu", ga semua orang bisa berjabat tangan dengan ratu kan? apalagi pujangga gombal ga jelas yang di perempatan jalan. Yah itu sih tergantung kalau para perempuan sadar kalau dirinya "Ratu" kalau cuman perempuan perempatan jalan juga sih ya gpp (sorry agak kasar tapi di dalam islam perempuan begitu dihormati itu kata Bang D)
Continue . . .