Menyambung bagian ke dua ini, aku mendapatkan sebuah cerita historis
dari Bang Nasih bahwa semenjak ia berdakwah kemana-mana bahkan sampai
menderikan institut sendiri guna menegakan Agama Islam, dia telah
berjalan-jalan keluar negeri bahkan ke negara-negara bagian barat (Bukan
sumatra -_- tapi Eropah dan Amerikah) menurut pengalaman yang pernah ia
alami disana, dari sisi historis sebenarnya banyak orang eropa yang
belajar tentang Al-Qur'an dan Islam namun sayangnya sebagian dari mereka
adalah orang kafir yang mengunci hatinya dari makna dan isi serta
hakikat Al-Qur'an itu sendiri. mulai dari sejarah panjang seperti yang
kita tahu bahwa kaum hawa menerima berbagai perlakuan tidak adil baik di
Inggris, Amerika dan bahkan sekarang di negara-negara Islam yang
"ngakunya" menggunakan hukum Islam untuk keadilan namun pada praktiknya
tidak (dia ga mau nyebut negaranya). mulai dari situ (ga tau pastinya
kapan) istilah Pria mulai dikenal untuk seolah memberikan pasangan
terhadap "wanita" walaupun di Al-Qur'an tidak pernah dijelaskan seperti
itu (setau saya, mungkin ada yang pernah mentafsirkan demikian ya
wallahua'lam). Lalu mulailah dikonstruksi kalau Pria lebih superior dan
bla bla bla. Masyarakat juga menggunakan tameng Aqidah untuk
mengeksploitasi dan memarginalkan peran seorang Istri dimana sebenarnya
ia bukan hanya berperan menjadi wanita bagi suaminya (wanita bagi pria
dalam istilah barat) tapi juga sebagai seorang perempuan. "Kalau kamu
coba baca di Al-Qur'an kamu liat konteksnya, kapan Al-Qu'ran menyebut
kaum Hawa sebagai perempuan dan kapan sebagai wanita pasti nanti kamu
paham karena kelihatan disitu bagaimana Islam memposisikan Kaum Hawa".
Aku hanya mengangguk, bukannya saya ga mau jelasin lebih lanjut tapi
saya takut karena Ilmu kita yang agak sedikit terpaut jauh nantinya yang
terjadi hanyalah taklit buta.
Aku paham maksud Bang
Nasih, dimana Ilmu itu sendiri adalah Anugerah dan Musibah jika kita
tidak memanfaatkannya maupun mempelajarinya dengan benar. Bang Nasih
juga menambahkan bahwa "ada memang pengetahuan yang hanya bisa manusia
pahami setelah mereka mengalami atau belajar sendiri dan itu pula alasan
kenapa Al-Qur'an isinya juga mengandung jawaban-jawaban dari fenomena
kontekstual masa lalu". Intinya Allah sebenarnya bukan tidak mau
mengajarkan semua Ilmu secara langsung pada satu waktu, tapi karena
manusia itu sendiri yang memiliki keterbatasan, selain itu Allah ingin
mengajarkan manusia untuk berikhtiar dan menghargai proses-prosedur
bukan hanya maunya instan saja, Allah ingin mengajarkan manusia supaya
bersabar.
"Nah, inti dari semuanya, feminisme mencoba
membedakan pandangan masyarakat, memisahkan mana yang berasal dari
ketidaksempurnaan pemahaman atas agama (bukan hanya islam saja tapi
memang lebih banyak islam) dan tambahan pemahaman sepihak dari hasil
dogmatisasi kultur terhadap pandangan masyarakat tentang peran kaum Adam
dan Kaum Hawa". "Sederhananya begitu perspektif saya dalam memandang
gerakan Feminist "Muslim". Mana yang dari agama mana yang hasil
dogmatisasi masyarakat ya? Bang Nasih hanya mengannguk.
Tak
terasa jam sudah menunjukan pukul 15.20 ternyata kita mengobrol cukup
lama sekitar 2 jam lebih hahaha, memang itu belum menjawab semua
perdebatan yang berusaha di usung oleh gerakan perempuan yang menamai
dirinya "Feminist Muslim" tapi aku salut dengan gerakan mereka yang
berusaha memisahkan antara yang haq dan bathil (aku juga berharap punya
istri yang kritis tapi romantis hahaha seperti Bang Nasih). Aku sadar
bahwa bukanlah jawaban yang penting tapi proses dalam mencari jawaban
itulah yang penting karena Allah memberikan pemahaman seiring dengan
kita berikhtiar mencari jawaban itu (Ini juga salah satu bocoran sih
dari Phase 1 tLG haha sorry nyambung nyambung). Karena jawaban tidak
mengajarkan kita apapun tapi "proses"nya lah yang penting. Feminist
Muslim ya? Menarik, mungkin aku akan membaca-baca lagi beberapa bagian
tetang itu.
Sekian.
(Ambil yang baik dan pisahkan
yang buruknya, ini hanya sekedar sharing perspektif aja, mungkin
banyak kesalahan baik dalam pengartian maupun penulisan post, harap
maklum ya penulis juga masih belajar dan harus banyak belajar)