"Fitrah Manusia sebagai Individu yang Liberal dan keterkaitannya dengan Agama" (Seri Post Liberalisme Part-3)
Posted by : Rendezvous
Sabtu, 29 Maret 2014
Setelah tertunda lama mencari sumbu inspirasi akhirnya aku memutuskan
untuk mulai menulis lagi, Yap pada bagian ketiga yang berjudul "Fitrah
Manusia sebagai Individu yang Bebas dan keterkaitannya dengan Agama"
menurutku semua orang bebas memeluk agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Note: Diawal aku harus tegaskan bahwa isi dari tulisan ini tidak bermaksud untuk memprovokasi, membandingkan secara syari' atau bahkan merendahkan agama lain, mohon dibaca dengan seksama bahwa tulisan ini hanyalah sebuah media dan perwujudan manusia yang liberal dalam mengutarakan pendapat tanpa merendahkan pendapat orang lainSebuah wejangan bagus namun tidak berdasar akademis (bukan berasal dari buku) aku dapatkan ketika aku berada didalam majelis di kampungku tercinta kebumen. Ada seorang Ustads (Maaf tidak bisa aku sebut namanya) yang berkata padaku bahwa:
"Allah (bagi pemeluk islam) dan Tuhan manapun yang dipercayai oleh Masyarakat dalam penciptaan setiap dari makhluk-makhluknya telah membekali satu hal yang amat sangat penting dan fundamentalis yakni "Kebebasan". Namun apakah perbedaanya kebebasan yang diberikan Allah kepada setiap insan ciptaanya dengan kebebasan yang diberikan kepada hewan, adalah kebebasan yang berlandaskan pada Akal Pikiran dan Budi Pekerti"Ya menurutku dua hal itu sangatlah penting dan dua hal itulah yang membedakan kita dari makhluk ciptaan-Nya yang lain. Dua hal itulah yang menjadi ujung tombak kebebasan manusia, dengan Akal Pikiran kita bisa merasionalisasi banyak hal bahkan agama dan dengan hati nurani kita bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Itulah kenapa dua istilah "Baik" dan "Benar"ditulis secara terpisah (dalam kata) namun bergandengan (dalam makna). Baik memperlambangkan Azaz asal usul (Asbabun Nuzul - berasal dari niat hati kita dalam memulai sesuatu) sedangkan Benar memperlambangkan Cara kita dalam mewujudkan niat kita atau tindakan kita dalam mewujudkan keinginan kita. Dua hal itu juga perlambang Hati Nurani dan Akal Pikiran yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain ataupun dirubah formasinya (Benar dan baik) karena akan mengubah maknanya.
Old Poem Say: "Follow your heart but take the brain with you"Salah satu pembicara di dalam Seminar UILDSC, Novriantoni Kahar juga melandaskan bahwa Manusia yang liberal bukan diartikan bebas dan terlepas dari Agama namun ia sendiri justru mendalami, memahami, dan mengkritisi agama yang dipeluknya. Seperti yang tertuang di dalam Al-Qur'an sendiri, Allah Berfirman:
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 256).Hikmah dari Ayat Diatas:
"Ayat ini menerangkan tentang kesempurnaan ajaran Islam, dan bahwasanya karena kesempurnaan bukti-buktinya, kejelasan ayat-ayat dan keadaannya merupakan ajaran akal dan ilmu, ajaran fitrah dan hikmah, ajaran kebaikan dan perbaikan, ajaran kebenaran dan jalan yang lurus, maka karena kesempurnaannya dan penerimaan fitrah terhadapnya, maka Islam tidak memerlukan pemaksaan, karena pemaksaan itu terjadi pada suatu perkara yang dijauhi oleh hati, tidak memiliki hakikat dan kebenaran, atau ketika bukti-bukti dan ayat-ayatnya tidak ada, maka barangsiapa yang telah mengetahui ajaran ini dan dia menolaknya maka hal itu didasari karena kedurhakaannya, karena ( قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ) "sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat" hingga tidak ada suatu alasan pun bagi seseorang dan tidak pula hujjah apabila dia menolak dan tidak menerimanya"Seperti yang telah aku sebutkan pada "Note" diatas bahwa "sama sekali bukan maksud penulis untuk membandingkan agama . . ."
Tapi yang mau aku tegaskan disini bahwa seringkali kita terperangkap pada kepercayaan kita sendiri, "Meng-amini apa yang tidak kita pahami", oleh karena itulah Allah membebaskan kita dari kekangan itu dengan memberikan kita "Akal dan Budi". Telah disinggung berkali-kali di dalam Al-Qur'an tentang berpikir, berpikir, dan berpikir, "Maka, apakah yang demikian itulah yang membuat mereka tidak berpikir? - ". . . dan hanya bagi orang-orang yang berpikir". Kenapa kita harus berpikir? Agar kita bisa mengkritisi pemikiran kita, bahkan agama kita. Allah ingin kita mengkritisi Islam dan oleh karena itulah ia tidak membatasi setiap hal yang ada didalam Al-Qur'an, Al-Qur'an adalah pedoman yang mengatur tentang hal-hal secara garis besar, walaupun ada Aqidah yang mengatur tentang hal-hal yang lebih fundamen dalam hubungan kita dengan manusia (Habluminannas) dan Hubungan kita dengan Allah (Habluminallah).
Sungguh, menurutku Allah ingin kita mengkritisi setiap Agama yang ada di muka bumi, tidak terkecuali islam, dengan mengkritisi Agama (Islam) maka kita akan semakin memahami, mengerti, dan melandasi segala tindakan kita di dunia ini. Sehingga Ilmu tidak terkungkung atas dimensi semu dirinya sendiri, tidak mengekslusi dirinya dari element-element dan kajian-kajian agamis, walau begitu tafsir Al-Qur'an memang tidak bisa dilakukan seenak jidat, harus dilandasi banyak aspek agar supaya tidak salah dalam mentafsirkannya. Bukan hanya Allah ingin orang mukmin mengkritisi agamanya sendiri, tapi Allah bahkan menantang orang-orang munafik dan Kafir untuk menciptakan "Pedoman" seperti hal-nya "Al-Qur'an" lalu ia uji dan buktikan sendiri sebagai pedoman hidup mereka, maka orang Kafir dan munafik itu berkata tidak mampu. Bahkan sekalipun mereka berhasil menuliskan itu, Hal-hal yang demikian itu telah tercantum di dalam Al-Qur'an jauh sebelum mereka menuliskannya, Lalu apa yang menyebabkan mereka durhaka kepada Allah?
Dalam mengajarkan kita arti kebebasan, Allah juga memberikan kita satu hal lagi yakni sebuah analogis sebab-akibat, sebebas apapun orang liberal itu, mereka tidak akan terlepas dari yang namanya aksi-reaksi dan sebab-akibat.
"Tiada satu kebaikanpun yang tidak dibalas oleh Allah, bahkan sekecil biji jarak sekalipun. Dan tiada satu keburukan yang tidak akan dibalas oleh Allah bahkan sekecil buih di lautan"Dengan memahami sebuah analogi sederhana itu, manusia dibebaskan untuk berbuat tapi dituntut untuk bertanggung jawab. Sebuah pedoman sederhana yang tentunya tidak lepas dari pemikiran Individu yang liberal.
Lalu apa yang membedakan Liberal dengan Hedonisme dan Kapitalisme?
Mas Kahar menjawab (kurang lebih ya) "tentu beda", Manusia bebas tidak selalu harus hidup hedonis mereka tidak sesederhana itu dalam meletakan Keinginan semata sebagai dasar dan pedoman hidup mereka. Mereka meletakkan berbagai variabel termasuk agama dan apakah Agama mengajarkan kita untuk hidup Hedonis? Saya rasa tidak. Kenapa? Bahwa kita punya harta iya tapi ketika kita beranjak pada harta yang memanipulasi kita tentu beda ceritanya, falsafah islam mengajarkan kita untuk hidup sederhana supaya kita terhindar dari kemudharatan yang mungkin hadir dengan adanya harta yang berlebihan. Oleh karena itu, Islam menganjurkan bagi mereka yang berlebih untuk beramal dan berzakat supaya mereka mengerti Hakikat berbagi dan tidak kikir dengan sesama saudaranya. Sederhananya, kitalah yang mengendalikan harta, bukan harta yang mengendalikan kita, apakah orang kaya selalu hidup hedonis? Saya rasa tidak, mereka yang paham Hakikat kekayaan pasti berkata "Ya saya emang kaya, tapi apa saya harus hedon? Ga juga" (dilandasi adanya pertimbangan tentunya)
Lalu Kapitalisme? Yah ideologisasi Liberalisme seringkali memposisikan ia satu kubu dengan kapitalisme tapi seperti yang telah dijelaskan pada post 1 (jika baca) bahwa hakikat kebebasan manusia adalah karena memang telah terlahir bebas dari sejak awal kita ada di dunia, kita tidak perlu mengambil kebebasan orang lain untuk menjamin kebebasan kita, apalagi mengeksploitasi orang lain, Atas dasar apa kita berhak? bukankah semua orang terlahir bebas? Bukankan bebas itu sendiri adalah prinsip utama liberalisme? Bukankan orang liberal itu konsisten atas peraturan dan values-nya tentang kebebasan? Lalu atas dasar apa?
For the last sentence, aku sempat terpikir dalam tentang apa yang membedakan kita dengan malaikat dan setan, kenapa kita sebagai manusia lebih tinggi derajat nya dari kedua makhluk tersebut? Ya, karena malaikat diciptakan hanya untuk mematuhi Allah dan begitupula sebaliknya Setan yang dibuat dari Api yang Sombong. Kita yang diciptakan untuk bebas dan diberikan dasar kebebasan, tentu punya nilai sendiri, dimana ketika kita berbuat baik maka derajat kita akan lebih tinggi daripada malaikat (yang hanya bisa mematuhi Allah tanpa membantah) dan ketika kita berbuat kejahatan maka derajat kita terbenam sedalam-dalam neraka dan bahkan lebih rendah dari Setan (yang hanya bisa membantah dan sombong terhadap Allah).
"We had a choice to choose, whether to be a knight whom sworn the loyalty only to the goods or to be a Villain whom spread an evilness. However, only those who has a head . . No no no . . . only those whose use their head and heart may find the true wisdom between it. It is our bless and cursed, it is your to chose, yes it is the True Meaning and the Purpose of Creation (Itulah Inti dari alasan sebuah penciptaan -Manusia)"