Beberapa waktu yang lalu aku mendapatkan sebuah pelajaran yang menurutku cukup menarik yakni tentang bagaimana kita menghargai makanan. Bahkan menariknya lagi aku belajar hal itu dari seseorang yang sebenarnya sudah lebih dari berkecukupan untuk urusan perut, dia seorang perempuan ramah, yah just call her Miss "N". Bermula dari undangan yang diberikannya padaku, bukan undangan juga sih, semacam request atau bisa juga dibilang "Friend Service".
N : Kamu besok senggang? Bisa bantu aku ga?
Gw : ga ada jadwal khusus sih, kenapa?
N : Gpp, bantu aku pilihin sesuatu ya?
Gw : Haaah? apaan?
N : Ada lah, ga yang aneh aneh kok janji
Gw : Mencurigakan, kalau sampe yang aneh-aneh gw tinggal pulang
N : Iya besok sore ya? Habis Ashar sekalian pas keluar kelas gitu.
Gw : Ketemu dimana?
N : Parkiran Fisip depan ya?
Gw : Kay
Sore berikutnya aku beranjak ke parkiran Fisip dan jreng jreng, mobil mewah yang ga terbayangkan dan ga bisa ku sebutkan mereknya terpampang di depan mata. Kita naik mobil ini? Iya. Oh oke. Entah dengan jalan dan skenario apa Tuhan menyatukan aku yang notabenenya orang yang "Alhamdulillah cukup" dengan dia yang "Walhamdulillah Masya Allah Lebih" dalam satu panggung (baca: Mobil P). Panteslah kalau aku kasih julukan cewek 3 M (-__-"), yah liat aja tuh dari ujung rambut sampe kaki, itung aja apa ga ketemu nominal 3 M, pikirku. Walaupun di jurusanku juga sebenarnya ada yang dapet predikat sama tapi yang ini emang mungkin bisa dikata lebih dari 4 M kali (mpe-tumpe-tumpe-mbak)
Shortcoming, walau kami awalnya agak canggung karena lama tak bertemu (maklum beda jurusan), beberapa saat setelah itu kami memutuskan untuk membuka obrolan dengan perbincangan singkat mengenai perkuliahan, sampai kesenjangan, ekonomi, eksploitasi, oh oke. Kesenjangan di Indonesia memang sudah terlampau parah, baik adanya modal asing maupun engga menurutku hampir sama sekali ga ada bedanya. Menarik saat dia seolah peduli dengan keadaan Indonesia yang seperti ini, dari mulut seorang Miss N yang bahkan kalau berkeringat keluar permata-permata kecil, keluar beberapa perkataan yang menurutku sangat bermakna.
"Jangan sebut ini makanan sisa"
Kata-kata ini terlontar setelah dia menawarkanku makanan asli jawa tengah yang bernama "Sagon" (Kalau ga salah namanya itu deh) yang berasal dari beras ketan. Aku awalnya hanya diam dan heran (anak orang kaya makan yang ginian? Serius?) Mungkin karena dia melihatku sedikit ragu, akhirnya dia memutuskan untuk memakannya terlebih dahulu, "Aman kok, ini belum lama aku buka, rasanya enak, mayan lah buat camilan, sekalian diet", "bukannya kalau nyamil jadi melar ntar?", "Mmmmm. . . camilan yang kayak gini ga apa apa lah hehe", "Hehe kamu lagi nyetir sambil makan, aku nya yang ngeri", "Hahaha santai santai, aman kok, aku udah test drive berkali kali pake mobil ini", "Yah percaya sih, tapi tetep aja kalau lecet dikit aja, wah pasti serem tuh (maksudku harga reparasinya)", "Jangan laaaah, satu-satunya mobil yang aku punya nih".
Beberapa saat setelah itu ada 2 tanjakan di seberang dan sontak makanan yang ada di genggaman Miss N terjatuh dan blak, oke karpet nice work!. Walau masih utuh tapi yah bentuknya udah kek ada mesis ceres gitu karena emang karpetnya agak berdebu. "Ga usah dimakan, udah kotor N", "Jangan sebut ini makanan sisa!", aku terdiam memandangi makanan yang baru aja diambil N, "Kalau kamu sakit perut, siapa yang tanggung jawab? Aku ga mau tanggung jawab loh", "Gpp, sayang kan makanan dibuang-buang lagian masih layak dimakan kok, masih bagus kita dapet makanan berlebih". Ngomongnya sih gitu, tapi mukanya ragu "mau dimakan atau enggak ya", yah spontan kurebut "Sagon" dari tangannya, "Eh ngapain Lam kamu ngrebut makananku, sagonnya masih banyak dibawah, ambil aja sen-", "Udahlah, kamu fokus nyetir aja, aku aja yang makan", "Lah kok gitu", "Sekarang gini N, kita di tol, kalau kamu makan bahaya selain kamu jadi ga fokus nyetir nanti kalo kamu sakit perut ntar siapa yang nyetir (-___-"), aku belom ada lisensi nyetir N". Ngeles dikit, yah bodo amat dah ama rasanya, yang penting selamet ampe tujuan dah. N terdiam dan yah senyum-senyum ga jelas, oh oke.
Barulah beberapa saat setelah itu N mulai cerita bahwa makanan ini adalah salah satu makanan khas daerah asalnya "Solo", Aku sih ga tau sagon asli solo atau bukan tapi yang jelas dia bilang bahwa dia punya toko souvenir jajanan jawa and now we are straight to that place (kita menuju kesana). Dia bilang juga bahwa keluarganya pengen bantu masyarakat daerah dengan memajukan kuliner dan jajanan daerah, "Sebenernya jajanan daerah itu banyak diminati loh, bahkan dieksport, tapi kenapa masyarakat desa masih gitu-gitu aja ekonominya ya itu masalah managemennya sih, menurutku, ada pihak yang emang serakah yang mau untungnya sendiri", "KAPITALIS!" sontak kami neriakin kata yang sama dan ngakak bersama setelah itu, "Jangan salahkan kapitalis N", "Hahaha sebenarnya kapitalis itu baik tau, asalkan ga overdosis". Somehow aku sependapat dengan N, perputaran modal itu penting lah menurutku, obviously important, tapi akumulasi kapital yang berlebih inilah yang sebenarnya jadi masalah, over accumulation of capital yang ga sehat justru membuat industri semakin ga berkembang di era ekonomi yang semakin praktis-pragmatis ini and so on makanya ada istilah Ekspansi kapital untuk memastikan bahwa industri asal berkembang dan alhasil industri daerah yang diekspansi terhambat atau terhenti sama sekali alias ga maju maju (dunia ketiga). Singkatnya kalau di dalam lingkup negara ya pedesaan inilah salah satu penyumbang kapital yang ga sedikit jumlahnya (makanan pokok? camilan? bahkan beberapa industri rumah tangga juga ada di desa tapi kenapa ga maju ya tadi itu)
"Jangan Bilang ini makanan sisa" menurutku bisa dianalogikan sebagai sebuah ungkapan dimana kita seringkali memarginalisasi makanan, antara yang mewah dengan yang sederhana, antara yang utuh dengan yang tinggal setengah, antara yang bersih dengan yang kumal dan sebagainya. Kita kurang menghargai makanan, padahal banyak orang yang kelaparan diluar sana, yah bayangkan lah mungkin kita ampe muntah makan sesuatu, karena bosan, kenyang, entah juga enek atau apa. Tapi percaya deh seandainya makanan itu juga bisa ngomong "Jangan bilang aku makanan sisa, bahkan walau harus terinjak sekalipun aku tetaplah makanan yang layak dimakan, walau hanya mereka yang menderitalah yang mau mengerti dan memakanku".